Kalau jadi angin...



Kadang di atas, kadang di bawah. Ada yang datang dan ada yang pergi. Saat masih hidup, kita terus belajar dalam setiap detik yang Allah berikan. Setiap itu pula kita juga berlatih. Berlatih pada diri dan potensi yang dipunyai.

Tidak terhitung jumlah mereka yang sedang berada di sisi saat ini, apalagi bila harus menyebut siapa-siapa saja yang sudah pergi.

Kalau kita jadi angin, sesekali akan muncul pertanyaan dari awan yang disentuhnya,  “Kapan kamu bisa melayang sepertiku?”. Nantinya kapas yang kita terbangkan juga berbisik,”“Sejak kapan kamu bisa menerbangkan dirimu sendiri?”. Suatu hari daun yang kita gugurkan juga bicara, “Apa tidak boleh kalau kamu hanya melambai padaku dan tidak lebih dari itu?”. Saat kita jadi angin, yang kutunggu adalah pernyataan serbuk sari sebelum kita jatuhkan dari ketinggian, “Terima kasih telah terlahir di dunia.”

Aku mengulang-ulang ingatan, apa pernah semua itu terdengar meski aku belum jadi angin? Lalu begitu seterusnya. Siapa yang tahu kalau kehadiran kita menjadi luka atau berharga. Setelahnya siapa sangka kembali berjumpa dengan masa lalu kita.

Kehidupan kita memiliki proses dan berjalan di tanah yang berbeda. Meski sama tapi tak pernah persis serupa. Jika ada yang datang, datang, lalu pergi, maka akan datang yang lain lagi. Sama seperti angin, jika hari ini aku pergi, semoga lain kali aku kembali.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment