Kadang
di atas, kadang di bawah. Ada yang datang dan ada yang pergi. Saat masih hidup,
kita terus belajar dalam setiap detik yang Allah berikan. Setiap itu pula kita
juga berlatih. Berlatih pada diri dan potensi yang dipunyai.
Tidak
terhitung jumlah mereka yang sedang berada di sisi saat ini, apalagi bila harus
menyebut siapa-siapa saja yang sudah pergi.
Kalau
kita jadi angin, sesekali akan muncul pertanyaan dari awan yang disentuhnya, “Kapan kamu bisa melayang sepertiku?”. Nantinya
kapas yang kita terbangkan juga berbisik,”“Sejak kapan kamu bisa menerbangkan
dirimu sendiri?”. Suatu hari daun yang kita gugurkan juga bicara, “Apa tidak
boleh kalau kamu hanya melambai padaku dan tidak lebih dari itu?”. Saat kita
jadi angin, yang kutunggu adalah pernyataan serbuk sari sebelum kita jatuhkan
dari ketinggian, “Terima kasih telah terlahir di dunia.”

Kehidupan
kita memiliki proses dan berjalan di tanah yang berbeda. Meski sama tapi tak
pernah persis serupa. Jika ada yang datang, datang, lalu pergi, maka akan
datang yang lain lagi. Sama seperti angin, jika hari ini aku pergi, semoga lain
kali aku kembali.
0 comments:
Post a Comment