Surga Yang tak Dirindukan




 “Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah Islam, selain saudara yang shalih. Maka, jika salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah kuat-kuat persaudaraan dengannya.” (Umar bin Khattab ra.)



Untuk alasan tertentu kita seringkali dihadapkan pada beberapa pilihan. Yang pada akhirnya akan menimbulkan resiko-resiko setelah kita membuat keputusan terhadap apa yang dipilih. Baik-buruk, untung-rugi, pahala-dosa, atau rahmat dan murka, biasanya tergantung pada alasan dasar serta arah dan tujuan (red:niat) yang bertanggung jawab.
Bertemu dalam sebuah pertemuan menjadi sebuah aktivitas bagi sebagian orang. Liqa’. Meski tak semua punya kesempatan yang sama, ia dihadiri oleh mereka yang memilih untuk mencoba melakukan perbaikan diri sendiri dan menerapkan kebaikan pada hidup sehari-hari. Layaknya pengajian, ia diisi dengan urutan agenda yang tertata sedemikian rupa. Dalam rangka berbagi wawasan agama, kehadirannya membuat mereka tak lagi sama. Perubahan yang terasa semoga ke arah ridha-Nya. Keutuhan semangat beribadah terharap dalam menjaga kondisi jiwa. Penawar racun dari kesenangan dunia dan menyeimbangkan dengan akhirat kian melekat di dalam dada.
Tapi sayang. Sayang..
Saat cinta bertepuk sebelah tangan; saat rindu tak berbalas perasaan yang serupa; saat liqa’ tak memberi bekas dan terasa hambar begitu saja; saat pertemuan dianggap hanya mencari ilmu agama; saat ia menjadi aktivitas biasa dan tempat untuk tertawa-tawa saja; saat detik-detik menjelang dirinya tak lagi dinantikan; saat liqa’ tak lebih penting dari hal-hal yang lebih penting menjadi alasan; saat suasana ruhiyahnya tak lagi dirindukan..
Sayang..

“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Rasul menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” HR At-Tirmidzi (no. 3510)

Sayangnya.. ketika perbaikan dan kebaikan tidak terjadi pada diri ini. Kenyataannya, tidak ada yang rugi jika semua ‘yang Tak Dirindukan’ tidak memberi arti pada hidup ini kecuali aku sendiri. Benar sungguh benar, aku yang merugi. Tidak menjamin berapa tahun yang kita habiskan di sana, karena kesungguhan menjadi alasan pertama untuk Allah mempertimbangkan sesiapa yang bisa dekat dengan-Nya.

“Mungkin ada mantan mutarabbi. Tapi tak ada mantan murabbi.
Dan tarbiyah adalah kisah cinta, yang mengantar kita ke ufuk dakwah.
Setelah itu, hidup tak pernah lagi sama.”



Yang Menyimpan Rindu


Khair
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment