Anak muda yang sendirian, sedang mengawas ujian, menghadapi anak-anak
yang sedang gelisah karena harus menjawab banyak pertanyaan, saya (ditinggal) dengan
dibekali perhatian; dari jauh, dari seseorang yang mendoakan.
Tadi ‘kan, kata Ibu itu, “Sendirian aja, Pak?”
Saya mengangguk, cengengesan, “Iya, Bu’. Hehe.”
“ .. Anak muda seharusnya mengawas ujian itu bareng anak
mudi.”
:.Baper mode ON.: “Kebetulan
saya memang belum punya pasangan.”
Tiba-tiba saya teringatkan seseorang, sambil mengisi absensi
dari panitia; “ … “ berkata hati
saya. Maaf, ternyata disensor
saudara-saudara :D
Tapi, apapun itu. Kiranya saya tak berani memberikan harapan
kepada sembarang orang. Pun kalau ada, itu melalui walinya –abang-kakaknya –atau
saudarinya. Itu ‘kan kalau.. kalau ada…
Dan tentu bila pada akhirnya, jika nantinya; kita tak
mendapatkan siapa yang dicinta, setidaknya sudah berpeluh dengan doa dan usaha,
setidaknya kita telah berjuang –dan melibatkan-Nya.
Saat duapuluh siswa menjawab puluhan soal di lembar ujian? Lalu
apa yang harus saya jawab bila kamu tidak memberikan pertanyaan?
Meski kenyataannya kita telah sama. Sama-sama telah …
*
Anak-anak sudah tidur. Soal mata pelajaran agama yang mesti
diisi tidak begitu sulit, bisa; kata mereka. Ini saat yang tepat bagi para orang
tua untuk berduaan. Tapi kalau kita berjumpa dan kamu memberikan pertanyaan
pada saya, mungkin butuh waktu lama untuk mendapatkan jawabannya. Mari kita
sandarkan pada Allah saja. Karena hanya Dia pengabul segala pinta dan harapan
kita.
Hingga tentang kapan -tentang kita yang akan bersandingan
atau hanya jadi tamu undangan, itu belakangan. Yang penting Allah melimpahkan
kasih-sayang. Kita dijadikan hamba yang penuh keberuntungan. Ketika saatnya
dipertemukan.
Maka …
0 comments:
Post a Comment