Tergugu dari berita masa lalu yang tercampur rindu mendengar seruan dakwahmu




Berjam -bermenit hingga detik mendentang lalu
Berhasil menghabiskan waktuku
dalam hawa sendu –sedih menyahdu
Berbincang dengan sepi hingga memerih ke ulu hati
Berkata-kata sendiri tapi tak ada yang akan peduli
Berenda rindu, namun kenyataannya rasa piluku tak terperi

Ibuku pergi
Pergi untuk kembali
Kembali pada yang Mengasihi
Mengasihi sejak terkadung bayi

Wahai kamu,
Kamu yang kuharapkan membaca semua yang kutulis dalam emosi tergugu
Apakah ini yang dinamakan patah hati? Atau seperti bercerai sebelum menikahi?
Kenapa harus sesakit ini..
Ibuku pergi
sementara dia adalah seseorang yang sangat ingin kuperkenalkan denganmu
Bagaimana aku bisa mengatasi semua cerita ini sendiri?
Lalu kata orang; lelaki boleh sedih tapi tak boleh menangis,
tapi sayang, aku menangis tapi tanpa airmata

Apa yang sedang Allah coba katakan?
Meski aku pun tahu, Ibuku orang yang baik, sungguh-sungguh baik
Maka seberat apa rindu yang kutunggu, Allah lebih mengasihi Ibuku

Hanya Dia sebagai pembalas kebaikan yang terbaik
Terima kasih telah menjatuh-cintakan aku, Ibu
Semoga doa-doa dari anak-anakmu terbang hingga ke pangkuan, membuka pintu kemuliaan

Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afiha wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha wawassi’ madkhalaha waj’alil jannata maswaha Allahumma la tahrimna ajraha wa la taftinna ba’daha waghfir lana wa laha
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment