Runaway…



Kita selalu berpapasan dengan beragam orang dari pinggir jalan atau ketika melintas di jembatan tanpa duri dan bebatuan. Setiap diri itu ada yang membekas di pertemuan, tapi seringkali berlalu menghilang begitu saja. Pernah beberapa datang singgah, sejenak untuk bercerita-cerita. Namun lebih banyak pula yang melambaikan tangan saja tak hendak. Memalingkan wajah pun susah minta ampun.

Maka secara realisnya, kita adalah sekian orang yang mengisi kehidupan sekian orang yang lain lagi. Kita menjadi tamu yang kadang datang, pun bisa tiba-tiba pergi.
Bagaimanapun, jangan biarkan orang lain yang mengarang kisah kita, simpan baik-baik penanya, lalu tuliskan apa yang seharusnya kita lakukan. Jangan biarkan orang lain yang menuliskannya.

Apakah mengalir seperti air?

Menurut saya mungkin artinya begini; mengalir saja tanpa pedulikan mereka-mereka di sana-sini. Apa untungnya menyapa mereka, yang penting diri kita dan untuk apa memikirkan yang bukan urusan kita. Tabrak saja yang menghalangi, hancurkan saja kalau jalan kita dihambat, musnahkan semua yang mengacaukan. Tapi kalau suatu saat tampak semua yang ingin ikut dengan kita, angkut saja; kotoran dan debu-debu berserakan masukkan saja.

Atau…

Memilih menjadi orang yang menyenangkan; menghibur mereka yang berada di sekitar jiwa. Menumbuhkan kenyamanan saat di dekat kita. Atau bisa jadi pilihan untuk tetap diam berwibawa; saat kita bercerita, yang lain mendengarkan. Rasa-rasa mereka sungguh rugi bila tak mendengar sepatah kata dari lisan kita. Mungkin juga sebagai orang yang perkataannya meneduhkan, senyumnya menyejukkan, matanya menenangkan, keberadaannya dinantikan, kehangatan akrab dengannya menjadi canduan. Atau bagaimana kalau semua ini ada di diri dalam waktu yang bersamaan? Itu sih pilihan kita.

Khair
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment