Kita selalu berpapasan dengan beragam orang dari pinggir
jalan atau ketika melintas di jembatan tanpa duri dan bebatuan. Setiap diri itu
ada yang membekas di pertemuan, tapi seringkali berlalu menghilang begitu saja.
Pernah beberapa datang singgah, sejenak untuk bercerita-cerita. Namun lebih
banyak pula yang melambaikan tangan saja tak hendak. Memalingkan wajah pun
susah minta ampun.
Maka secara realisnya, kita adalah sekian orang yang mengisi
kehidupan sekian orang yang lain lagi. Kita menjadi tamu yang kadang datang,
pun bisa tiba-tiba pergi.
Bagaimanapun, jangan biarkan orang lain yang mengarang kisah
kita, simpan baik-baik penanya, lalu tuliskan apa yang seharusnya kita lakukan.
Jangan biarkan orang lain yang menuliskannya.
Apakah mengalir seperti air?

Atau…
Memilih menjadi orang yang menyenangkan; menghibur mereka
yang berada di sekitar jiwa. Menumbuhkan kenyamanan saat di dekat kita. Atau
bisa jadi pilihan untuk tetap diam berwibawa; saat kita bercerita, yang lain
mendengarkan. Rasa-rasa mereka sungguh rugi bila tak mendengar sepatah kata
dari lisan kita. Mungkin juga sebagai orang yang perkataannya meneduhkan,
senyumnya menyejukkan, matanya menenangkan, keberadaannya dinantikan,
kehangatan akrab dengannya menjadi canduan. Atau bagaimana kalau semua ini ada
di diri dalam waktu yang bersamaan? Itu sih pilihan kita.
Khair
0 comments:
Post a Comment