Kehidupan yang sedang kita jalani kadangkala terlihat sama, persis
pula kalau tampak dari luarnya. Berjumpa dengan puluhan kepribadian yang
berwarna, di tengah-tengah perjalanan bertemu ratusan anak Adam yang punya
jutaan karakter berbeda-beda.
Saat lingkungan yang sehat menjadi tak bersahabat, ketika tempat
senyaman irisan surga berubah menjadi percikan api berbara, bagaimana kita akan
menyikapinya?
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim no. 91)
An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam)
Kepada Dia yang lebih mampu memperbaiki hati-hati kita. Kepada
Dia yang sangat kuasa agar lurus lisan-lisan kita. Kepada Dia yang selalu
menjaga hamba yang dicinta dari perbuatan-perbuatan hina.
Maka ya Rabb, saksikanlah bahwa jalan dakwah ini adalah
milik-Mu sedangkan kami hanya memintal benang-benang kecil saja mengemis rahmat-Mu.
Maka ya Rabb, saksikanlah bahwa kami berada di sini
karena-Mu, biarkanlah mereka seperti ini –seperti itu, karena sungguh yang kami
tauladani adalah Rasul-Mu. Jika suatu hari jamaah ini terpercik aib, biarkanlah
karena kami berada di sini karena-Mu –bukan karena mereka itu.
Maka ya Rabb, jernihkan hati dan akal ini, kami akui sungguh
manusia tak berarti apa-apa meski ia orang hebat di mata manusia lainnya,
Engkau di atas segalanya, menguasai seluruhnya. Siapapun mereka, tidak akan
bisa melakukan apa-apa bila Engkau tak izinkan. Siapapun mereka, tidak akan bisa
menghalangi apa-apa jika Engkau telah ridha padanya.
Maka ya Rabb, saksikanlah bahwa memilih untuk tetap berbesar
jiwa di jalan ini adalah dari-Mu, atas izin-Mu, melalui anugerah-Mu,
berdasarkan kerinduan melihat Wajah-Mu, dan selalu Engkau..
Tapi apalah daya pada doa yang tertuliskan bila hati seharusnya
lebih mengemis keikhlasan.
0 comments:
Post a Comment