Suatu
hari kita pernah dihadapkan satu atau dua kejadian yang hadir silih berganti.
Jika yang kita temui adalah cerita-cerita bergembira, tentu saja takkan ada di
antara kita yang menolaknya. Tapi beda halnya dengan kabar sedih dan duka.
Termasuk beberapa peristiwa yang mengharuskan kita bersabar tanpa batasan serta
berdoa dengan sebanyak-banyaknya.
Orang
bijak bilang bahwa setiap anak Adam memiliki jatah untuk gagal. Kita semua
pernah dan pasti akan jumpa dengan banyak kegagalan. Alasan kenapa orang bijak
mengatakan ini adalah agar setiap diri kita menyanjung diri, tidak mudah
menyerah, dan tidak akan pernah berniat untuk berhenti. Maka selagi masih muda,
mereka suruh untuk menghabiskan seluruh jatah itu. Sesegera dan sebanyak yang
kita mampu. Agar tua nanti tidak terlalu banyak gagal lagi. Supaya ketika di
usia renta, kita punya bekal pengalaman dari kegagalan di usia belia.
Kembali
tentang topik di atas, benci. Saya sempat membenci beberapa proses yang tidak
saya sukai selama ini. Saya sempat tidak ridha atas apa yang terjadi. Ketika
waktu berdentang, beban terasa semakin berat, pikiran semakin sesak, fisik
semakin sakit, dan semua unsur diri semakin jatuh. Saya sempat sangat tidak
menikmati apa yang sering saya lakukan hanya karena hal ini. Saya sempat
membenci makan karena ini. Bahkan saya sempat membenci alasan kenapa hidup
berjalan seperti ini.
Tanggal
tujuh bulan Agustus sudah menjadi saksi keberhasilan untuk menghilangkan
kesempatan membenci. Benci itu dulu sekali. Hanya sempat. Dan sekarang tidak
lagi. Bagi kita tentu diperbolehkan membenci apa saja atau siapa saja. Asal
berdasarkan benci dan cinta karena Allah. Titik.
Bulan
Agustus sebagai pertanda telah suksesnya saya melewati beberapa proses
melelahkan tapi menantang . Dua pencapaian yang terlewat. Dua hal yang sempat
saya benci juga. Tapi ternyata hasilnya terlihat bagus. Saya tersadar bahwa mau
dibenci ataupun tidak, peristiwanya akan berjalan juga. Maka kedepan nanti,
saya pilih saja yang sukai.
Sementara
ada sekian proses yang masih terus dijalani. Awalnya juga saya benci. Tapi
setelah belajar lagi, ternyata Allah memberi kebaikan dari setiap kejadian.
Lalu saya katakan saja, “Selamat datang dan mari berproses.”
Oh,
satu hal lagi, membenci ternyata menguras hati. Dan betapa beruntung sekali
orang yang tidak menyimpan dendam di hati, senyumnya mengembang tanpa tumbang
pilih, dan hidupnya selalu merasa cukup dengan apa yang Allah beri. Beruntung
sekali orang-orang seperti ini.
Dan beruntung jika kita tidak gampang menduga-duga. Lebih berprasangka baik dan berpikiran hanya yang baik-baik.
Yang sempat benci namun kini menyukai,
Kh.
0 comments:
Post a Comment