Sedang ujian! [ketawa boleh, bersuara jangan]



Langit yang cerah. Di atas kepala matahari bersinar tanpa celah. Awan-awan tampak kecil-kecil. Hamparan biru terbentang dari penjuru barat dan penjuru timur. Sejak pagi hingga tengah hari. Di waktu sepertinya, anak-anak diuji. Sejam-jam, perlahan, diberi kesempatan untuk menyelesaikan pertanyaan uraian pada tiga mata pelajaran.

Memang begini seharusnya, diuji dulu baru tahu sampai mana pengetahuan yang telah dicapai. Memang begitulah sekehendaknya, diadakan parameter serta standarisasi untuk mengetahui mana yang berkelas atau tidak berkualitas. Memang seperti apa adanya, tentang apa yang kita tahu dan apa yang tidak kita tahu, ketika diuji akhirnya kita tahu, lalu memperbaiki lagi, mempersiapkan diri untuk menjadi lebih terbaik lagi.

Kadang kita tertawa, menangis sekedarnya saja. Bersedih sesaat saja. Ingat juga, tidak ada ujian yang tidak selesai. Ya meski nggak terjawab semua, ‘kan ada beberapa. Ya walau pontennya nggak sempurna, pinomat tuntas dengan kemampuan optimal kita. Boleh melakukannya dengan suara dan aksi nyata, tapi kalau pertanyaannya ‘esai’, jawabannya harus diuraikan sejelas-jelasnya.

Selesai waktu Zhuhur, dari ufuk barat mendung. Terbawa awan abu-abu menuju tembung, lalu bergelantung dan mendatangi hati kita dengan rindu yang membumbung.

Tapi yang pasti, bila sudah terhubung dengan kebutuhan pribadiku ini adalah yang pertama kali. Tidak ada orang-orang yang sama sepertimu. Tidak semuanya dilibatkan dalam urusan kepentinganku. Karena ada beberapa lelaki yang punya tipikal untuk beramah kepada pria dan wanita mana saja, tapi untuk meminta bantuan mereka –ia pilah-pilih jiwa. Untukku, kamu adalah yang pertama. Ah, ya seperti ngegombal!

Tidak ada yang istimewa maka tidak perlu kecewa. Hanya harus diluruskan, karena memang aku tak tahu apa-apa untuk menjawab pertanyaan semua. Harapannya sama-sama mendapat berkahNya –rahmatNya.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment