Langit yang cerah. Di atas kepala matahari bersinar tanpa
celah. Awan-awan tampak kecil-kecil. Hamparan biru terbentang dari penjuru
barat dan penjuru timur. Sejak pagi hingga tengah hari. Di waktu sepertinya,
anak-anak diuji. Sejam-jam, perlahan, diberi kesempatan untuk menyelesaikan
pertanyaan uraian pada tiga mata pelajaran.
Memang begini seharusnya, diuji dulu baru tahu sampai mana
pengetahuan yang telah dicapai. Memang begitulah sekehendaknya, diadakan
parameter serta standarisasi untuk mengetahui mana yang berkelas atau tidak
berkualitas. Memang seperti apa adanya, tentang apa yang kita tahu dan apa yang
tidak kita tahu, ketika diuji akhirnya kita tahu, lalu memperbaiki lagi,
mempersiapkan diri untuk menjadi lebih terbaik lagi.
Kadang kita tertawa, menangis sekedarnya saja. Bersedih
sesaat saja. Ingat juga, tidak ada ujian yang tidak selesai. Ya meski nggak
terjawab semua, ‘kan ada beberapa. Ya walau pontennya
nggak sempurna, pinomat tuntas
dengan kemampuan optimal kita. Boleh melakukannya dengan suara dan aksi nyata,
tapi kalau pertanyaannya ‘esai’, jawabannya harus diuraikan sejelas-jelasnya.
Selesai waktu Zhuhur, dari ufuk barat mendung. Terbawa awan
abu-abu menuju tembung, lalu bergelantung dan mendatangi hati kita dengan rindu
yang membumbung.
Tapi yang pasti, bila sudah terhubung dengan kebutuhan
pribadiku ini adalah yang pertama kali. Tidak ada orang-orang yang sama
sepertimu. Tidak semuanya dilibatkan dalam urusan kepentinganku. Karena ada
beberapa lelaki yang punya tipikal untuk beramah kepada pria dan wanita mana
saja, tapi untuk meminta bantuan mereka –ia pilah-pilih jiwa. Untukku, kamu
adalah yang pertama. Ah, ya seperti ngegombal!
Tidak ada yang istimewa maka tidak perlu kecewa. Hanya harus
diluruskan, karena memang aku tak tahu apa-apa untuk menjawab pertanyaan semua.
Harapannya sama-sama mendapat berkahNya –rahmatNya.
0 comments:
Post a Comment