Review KMGP the movie





“Kalau kebaikan belum bisa dipahami, maka cukup bagi kamu untuk menghargai.”

Hijrah adalah sebuah perjalanan yang menenangkan, menyenangkan, dan menganugerahkan keberkahan. Pada mulanya saya bingung ingin menonoton film ini dengan siapa. Sampai suatu ketika pernah terbersit pikiran ingin mengajak kamu. #Eh? Kita belum halal. Astaghfirullah. Pun saya sebenarnya bingung karena kehadiran kamu belum tampak di hadapan. Hehe. Misalnya kamu juga suka film ini, belum tentu kamu mengiyakan kalau aku mengajakmu. Pasti tidak mau, karena kamu hanya bisa pergi dengan mahram atau sahabat-sahabatmu. Tapi karena itu pulalah lelaki sepertiku akan setia padamu. #Tsah. Baiklah, kita hentikan ke-baper-an ini.

Selanjutnya, Alhamdulillah, Andre also known as Sadek selalu standby kalau diajak jalan. Kemana aja -asal itu positif, terlebih yang bisa mendapatkan manfaat dan pahala. Insyaa Allah, beliau adalah pemuda shalih yang hati dan fisiknya memancarkan cahaya dari surga. Meski saudara se-liqo yang lain qadarullah punya keperluan masing-masing, maka kami pergi berdua. Dan terharap Allah kokohkan ikatan persaudaran dalam iman ini untuk mencintai-Nya dan saling mencintai karena-Nya.

Saya simak dan menghayatnya dalam kejernihan harapan. Semoga Allah ilhamkan sibghah, istiqamah, dan kalem dari film ini. Lalu film ini akan selalu berhasil mengingatkan siapa saja yang telah berubah. Sesiapa yang kini sudah berbeda. Yang sudah berhijrah menuju fitrah –menginginkan dirinya dinaungi Allah hingga di hari pertemuan dengan-Nya. Maka seluruh keluarga, teman sepergaulan, dan kali ini Gita –adik Gagah yang bersikeras kepala tak terima perubahan baik yang terjadi pada Mas-nya. Dan saya bersyukur tidak diperlihatkan reka kejadian mengenai seseorang yang ditentang keluarga dengan sumpah serapah, ditendang sepeda motor saat hendak pergi liqo’, atau bersitegang dengan sang ayah hingga hampir baku hantam. Serta semisal dengan itu semua, itupun mungkin akan ada yang lebih berat ujiannya. Ini selalu berhasil mengingatkan saya betapa mahalnya nikmat yang Allah beri. Menasehati saya bahwa mengarungi diri di jalan lurus-Nya penuh onak duri.

Salah satu jalan sabar adalah untuk menjalani ketaatan. Bersabarlah!

“Pesan saya kepada anak-anak muda seperti dik Tika, ‘Kalau kebaikan belum bisa dipahami, maka cukup bagi kamu untuk menghargai.’” Ujar Gagah meneduhkan. Gadis yang sedang mendengarkannya tertegun. Saya pun. Seberapa keras hati ini bila saya suatu saat nanti menolak kebaikan. Duh Allah, jangan-jangan hati saya sudah mati.

Tit.. tit.. sms masuk. Innalillah, saya lupa ngabari orang rumah, si Ayah. Sejak dahulu kala memang harus seperti itu adanya, bila sekitar jam 10 belum ada di rumah, wajib ‘ain hukumnya memberi tahu keberadaan semasing kami.

Lanjut, hidayah datang dari penjuru mana dan untuk siapa saja. Allah yang memberikan karena di saat para hamba yang membutuhkan, menginginkan, dan berbuat baik dalam kesungguhan. Bila Gagah tidak secara langsung menjadi perantara hidayah ‘si adik manis’, kehadiran seorang pemuda berbaju kotak-kotak yang bertausiyah dari bis ke bis sedikit demi sedikit dapat meluluhkan hati yang tadinya menolak kebenaran. Jika dakwah kita tak berhasil di dalam keluarga, mungkin orang-orang yang ada di sekitar kita. Maka bersabarlah, maka berdoalah, maka berusahalah; bahwa dakwah tetap napas kita dimanapun berada.

“Mas, namanya siapa?” tiba-tiba saya teringat scene sebuah film religi yang berlatar di Mesir. Right! Tapi syukurlah kali ini jawabannya bukan ‘Abdullah’, teriaknya dari bis, “Yu..” samar-samar. “Fi Sabilillah.” Si gadis yang namanya Gita tergidik, “Fi Sabilillah?” Dia yang notabene-nya belum bisa menerima hijrah si Mas, agak heran. Fi Sabilillah.. Fi Sabilillah… (nasyid backsong)

Dari sosok seorang Yudi, saya belajar bahwa diam dan senyum dapat mengalahkan marah yang membumbung. Kesahajaan orang-orang baik -orang-orang shalih tidak berkurang meski dicerca cacian, dilempari makian.

Pada akhirnya, kemanapun Mas Gagah pergi –Mas Khair pergi, hanya Allah tempat kembali. Muaranya hanya Dia, tak ada yang menandingi-Nya. Maka mari pergi menuju keridhaan-Nya, berharap sayang dalam lindungan-Nya, bertakut hati dari azab dan murka-Nya, mengarungi perjalanan dunia dengan bismillah serta niat menemui-Nya dengan husnul khatimah.


“Cinta mana yang akan pergi? Tidak ada! Ia tetap di sana. Hanya karena saya lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya bukan berarti kamu tak lagi saya cinta. Cinta itu tetap ada. Bismillah…

www.flp.or.id   |    www.kmgpthemovie.com
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment