Pesona, ketertarikan, dan
perasaan selalu berhasil menarik perhatian untuk dilalui. Karena sepanjang
perjalanannya terdengar indah dan menyenangkan. Ia menjadi topik yang selalu
ingin orang-orang perbincangkan, selalu ingin dibuai dan melayang dalam
pelukan, serta selalu ingin merasakan debarannya hingga tiba waktunya ruh
terlepas dari dekapan.
Kita sudah lama
bertemu, kini pun sudah menyatu. Tapi karena seseorang di luar sana, aku merasa
terganggu. Kamu berada di depanku, cuma entah bayangan siapa yang ditangkap oleh
mataku. Bagaimana aku bisa memulai ini denganmu. Bagaimana ini terjadi padaku? Kenapa
dia menghalangiku beribadah pada Tuhanku?
Pernah suatu kali
perasaan ini begitu menyesakkan dada. Saat-saat aku berharap padanya. Aku pun
bertanya-tanya seberapa lama ia akan berpura-pura tak peka? Pria seperti dia
kenapa bisa melakukan itu semua pada wanita? Tapi jika pun tak kutanya, rasanya
jawabannya sudah pernah tersebut olehmu sebelumnya.
“Berpura-pura tidak
peka adalah penolakan yang paling lembut.”
Pria itu, meski tidak
memberikan harapan, kenapa aku berharap. Meski tidak memberikan penolakan,
kenapa terasa ditolak. Duh, aku tidak mengerti kenapa bisa serumit ini.
Pria itu, biarlah ia
dengan dirinya. Karena ketika ia jauh dan hampir tak terlihat, itu karena
silaunya yang menawan dan penuh pesona. Namun jika ia dekat, bintang yang bersinar
pun tampak biasa saja. Mulai ini kuanggap ia biasa saja, saat kami mendekat ia
makin biasa saja.
Lalu aku kembali
padamu. Kita sudah menyatu dalam ridha Rabbku dan Rabbmu.
Jika aku adalah pria
itu, kenapa bisa melakukan ini pada kita?
Jika aku adalah pria
itu, akan kukatakan; semoga ketidak-beruntunganmu bertemu denganku berakhir segera.
dari balik tangga
berwarna biru
Khair
0 comments:
Post a Comment