Aktivis dakwah dan fenomena social media



Bismillah. Semoga menjadi tercerah.

Kemarin pagi saya diberitahu kalau dunia sudah berubah. Kabar itu saya terima memang lama sekali. Dulu. Kamu harus tahu. Saya pikir ini akan membantu kehidupan kamu. Meski nantinya terasa agak menyakitkan, tapi saya harap happy ending –nya adalah perubahan dan perbaikan. Ada beberapa nasehat yang diberikan ke saya dan saya rasa hal ini juga cocok untuk disampaikan ke kamu juga. Baca baik-baik ya.
Orang-orang bilang kalau dunia kita sudah terbagi dua. Dunia nyata sebagai tempat kita menghirup udara, melihat benda-benda lahir dan tumbuh, hingga melalui dunia ini kita menyaksikan banyak yang pergi dan mati. Mereka kemarin menyampaikan ke saya kalau ada dunia yang lebih sempit daripada itu, dunia maya namanya. Walau terbelah dua, bukan berarti mereka terpisah. Namun sayangnya terkadang saya dan kamu yang memisahkan mereka. Apa kamu pikir kalau kamu tampak baik di dunia nyata, kamu boleh tak tampak baik di dunia maya? Dia tak punya beda. Tahu orang munafik? Ah, sudahlah.
Oh iya, orang-orang yang memberi kabar bahwa dunia telah berubah juga menitipkan pesan padamu. Ini katanya:
1.      Tolong jaga iffah, izzah, dan marwah di dunia yang sekarang penuh fitnah
Saya yakin kalimat ini tak begitu asing di pendengaranmu. Mereka berupa kesucian diri, kemuliaan, integritas yang tinggi, kehormatan, sampai harga diri. Saya katakan lagi, kalau dalam kesehariannya kamu sibuk menjaga diri, tapi kenapa ketika interaksi tak langsung (red: social media) tak bisa kamu wanti-wanti? Wahai ikhwan, wahai akhwat, kamu seharusnya tahu peluang ketergodaan ketika sedang sendirian pula pada waktu luang. Bukankah nikmat yang membuat manusia tertipu adalah nikmat sehat dan waktu luang?
Kamu mesti tahu, saya pernah baca ternyata pernah dilakukan riset mengenai perbedaan respon orang-orang ketika komunikasi langung dan komunikasi tak langsung. Singkatnya begini, jika tak langsung, seseorang lebih merasa tak malu, lebih merasa tak sungkan, lebih merasa tak ada yang memperhatikan. Mulai sekarang mari kamu pikirkan, saat kamu buat postingan di socmed lalu kita berbalas komentar, yang lihat itu jutaan orang loh ya. Okelah kalau kalkulasi friendlist kamu ditambah friendlist temn-teman kamu tak sampai segitu, tapi pernah kamu bayangin ngga kalau akan ada beberapa orang yang ngelihat kelakuan kita yang haha-hihi sambil geleng-geleng kepala? Ikhwan kok begitu ya? Katanya akhwat itu paham agama tapi kenapa kayak gitu tingkahnya? Kalau kamu jawab cemoohan itu adalah tantangan dakwah, owalah pikiran kamu dimana?
Analoginya, ikan berenang dan burung terbang kan ya? Kalau dibalik ikan terbang dan burung berenang, orang-orang pikir itu stupid kan? Nah, saat aktivis dakwah lakonnya tak ada cerminan dakwah, stupid kan?
2.      Itu briefing apa chatting?
Saya perhatikan kamu terkadang senyum-senyum sendiri saat pandangin layar smartphone kamu. Husnuzhon saja. Mungkin memang lagi streaming hafizh-hafizhah cilik di instagram atau youtube. Cute gitu.
Tapi ada juga, meski ngga semua, ikhwan yang katanya ‘teman’ tapi perhatiannya melebihi ‘gebetan’. *Tepuk jidat*
Innalillah. Ini perbuatan salah. Hubungan ikhwan-akhwat di dunia nyata dan maya itu ngga ada beda. Yang ikhwan tak perlulah tebar pesona. Yang akhwat tak pala lah luluh tak menentu.
3.      Menjaga & Terjaga
“Karena yang benar-benar terjaga untuk yang benar-benar menjaga.” Udah gitu aja.

Mungkin ini dulu. Lain kali kita bercerita lagi. Saya yakin kamu mulai belajar lagi sejak hari ini. Saya beri tahu kalau saya pun masi memuhasabah diri. Bagaimana jika ujian fitnah dunia menimpa?
Maka jangan hubungi saya lagi bila tak ada perlunya. Cukup kalau ada perlu saja. Tak usah pusingkan kata-kata orang di luar sana, “Kamu datang kalau ada maunya.” Biarkan saja mereka. Juga jangan tanya apa-apa mulai jam 10 malam hingga pagi, niscaya takkan saya balas meski saya baca. Mungkin balasannya esok paginya. Emoticon dan haha-hihi punyamu harus disimpan mulai dari sekarang. Saya tak perlu itu dan orang-orang akan mengganggap yang kamu lakukan jadi bahan tawaan. Aktivis dakwah kok gitu? Lagaknya di kampus aja, eh di dunia maya keblablasan.

Khair
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment