Pada
suatu hari kita pernah bersama-sama. Duduk berdua hingga mandi di kolam yang
sama. Tertawa-tawa. Tidak memiliki beban dan berpikiran seperti orang dewasa.
Ya. Kala itu kita masih kecil. Kecil sekali. Aku ingat kalau kamu seringkali
mencubit bahkan mencakar sekujur tubuhku. Tentu ini alamiah kelakuan anak-anak.
Dulu itu kita masih terlalu ranum untuk mengenal perasaan orang-orang dewasa.
Untuk menjalani keseharian mereka.
Waktu
berlalu. Jarak telah kita tempuh. Semuanya berubah maju. Kita pun sama, kini
bertumbuh.
Yang
wajib terucap syukur ketika aku dan kamu berkembang dalam ketaatan. Teriring
bersama ibadah-ibadah sahdu dan manisnya rasa keimanan. Serta terbina dalam
ujian-ujian keistiqamahan. Alhamdulillah..
Kita
berubah. Menjadi dewasa setelah terpilih oleh-Nya untuk menjadi hamba yang
menempa diri dalam kebaikan dan kebermanfaatan. Layaknya Fatimah –putri
Rasulullah yang shalihah dengan menyempurnakan terjaga aurat dan pergaulannya,
kamu membiasakan diri untuk menyendiri lalu mengampiri Sang Rabbiy. Kamu selalu menjauh bila didekati, terjaga ketika banyak
orang yang tergoda. Layaknya Ali
–meski takkan pantas bersanding dengan beliau, aku menjaga jarak agar tak
menghalangi azzamku untuk menjadi
salah satu jundi-Nya. Aku terus
berusaha agar hatiku dan kamu tak terkotori oleh hawa nafsu.
Kita
berubah. Meski tetap dalam persahabatan. Jiwa-jiwa kita hanya bertemu lewat
doa. Namamu adalah salah satu yang kusebut setelah ratusan sahabat yang
terlisan di sana. Kini karena kita berubah dalam taat, tidak ada yang terikat.
Ketika
datang saatnya nanti, yang dapat terceritakan kalau kata ‘Inniy uhibbuki fillah’ adalah waktu aku sudah menjabat tangan ayahmu
lalu semuanya mengucap sah dan berdoa dalam gemuruh keluarga kita. Sedang kamu
di dalam kamar dengan hati yang berdebar. Setelahnya aku datang dengan sepenuh cinta. ‘Inniy uhibbuki fillah' hanya kuucap sekali dan itu hanya saat ini bersama kamu. Bagiku, tidak ada terlisankan kalimat ini bila tanpa pernikahan. Kita berharap keberkahan dalam pernikahan..
Tapi... Meski pernikahan bukan milik kita. Jangan lakukan yang tidak-tidak. Jangan kecewa hingga sakit karenanya. Karena cinta bisa hadir tanpa dipinta, namun bila belum datang jangan memaksa.
Tapi... Meski pernikahan bukan milik kita. Jangan lakukan yang tidak-tidak. Jangan kecewa hingga sakit karenanya. Karena cinta bisa hadir tanpa dipinta, namun bila belum datang jangan memaksa.
subhanallah.... ustadz....
ReplyDelete