Kamu & Hujan kalah romantis



Hujan itu romantis. Detik-detiknya mengiringi gema azan fajr saat gerimis. Desauannya mengingatkan kita pada kenangan-kenangan manis. Pagi ini ia datang. Membawa rintik-tintik yang selalu bisa menenangkan. Siapapun kamu, semoga di sana tetap dalam keimanan. Dimana Allah nian menyelamatkan dari maksiat dan keburukan. Begitu pula aku yang mencoba bertahan dalam ketaatan. Sembari berusaha mendatangi keluargamu dalam tujuan menghalalkan.

Bolehkah hari ini kamu datangi dan menyentuh gemericiknya? Sedangkan aku akan berwudhu dengannya. Bisakah kita melakukannya? Meski memang kita belum berjumpa, tapi setidaknya kita sudah terhubung olehnya. Saatnya mulai membangun cerita kita dengan doa-doa di bawah senandung hujan. Lagipula Dia kini menjadi saksinya. Ketika tetesan wudhu bercampur air mata, ketika kamu meminta keberkahan, ketika aku meminta ketetapan; dalam waktu dhuha kita berdua.

Awan yang tadinya gelap, sekarang hilang melenyap. Seiring dentuman dari langit, terharap kita terus menghamba dan meminta agar kelak Allah jadikan pertemuan di jalan dakwah ini terus memikat. Supaya hadirnya aku di hidupmu menjadikan kita berkuat-kuat dalam membangun binaan muda yang punya potensi memperbaiki untuk umat. Kiranya nanti bisa memunculkan buah-buah hati yang terjaga dengan kesucian dan kemuliaan diri. Yang termasuk dalam generasi qurani.

Kamu dan hujan yang tak kalah romantis, gantungkan harapanmu hanya pada Allah, merayunya puitis. Titipkan cintamu juga ya, dengan pujian-pujian manis. Dan takutlah kala waktumu untuk mendekat telah habis.

Kita tidak perlu kecewa. Allah akan selalu ada, maka mari bersungguh-sungguh mendekati-Nya. Bersedia menjemput ketenangan membersamai-Nya.

Dinding kaca bukannya batu, janganlah salah menaruh besi
Jatuh cinta jangan terlalu, bila berpisah hancurlah hati
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment