Saya tidak berpikir ketika angin datang dengan kencang dan awan yang mulai berkumpul mengendap gelap, bahwa ini akan menjadi pemicu kesunyian. Tidak sama sekali. Tentang sunyi dan sepi adalah hak dari hati. Mengenai bagaimana cara ia menjawab dan bereaksi.
Menurut saya hujan hanya membawa keramaian. Air-air yang berkucuran menderu-deru. Mereka saling berbicara satu-sama lain. Suasana menjadi sangat ramai sehingga pembicaraan mereka saling berbenturan.
Rintik-rintik itu kian bergemuruh. Jatuh perlahan-lahan sampai membawa guntur yang meluruh ke semua penjuru. Mereka saling berbicara. Tentang mereka yang memerintah pada hati untuk merasa sepi. Tentang orang-orang yang mensyukuri hidupnya walau telah dikhianati. Tentang para hamba yang selalu menerima. Melalui penerimaan yang sederhana. Bahwa bila hatinya telah tercukupi oleh Sang Khaliq, maka telah cukup baginya. Tentang kita yang mendoa dengan banyak cara agar terbukti bahwa kita hanya seorang hamba. Tentang…
Hujan terus berbicara. Mereka mengobrol hingga air merasa jera. Ia terus turun beruntun. Tidak peduli berapa kali harus jatuh bahkan meski bertubi-tubi, air dari langit harus tetap menjalankan perintah diri. Lakukan saja. Tanpa bertanya. Tanpa berpikir beberapa kali.
Saya? Silahkan berbicara sepuas yang Anda inginkan di depan atau di belakang saya. Kita hanya akan mengambil pelajaran dengan penerimaan. Bahwa Allah sedang melakukan sesuatu lagi. Selalu seperti itu hingga mati nanti. Dengan penerimaan yang Allah ridhai. Dengan prasangka baik yang tak boleh terhenti.

Pembahasan terkait keterbatasan pemerintah dalam pemerataan pendidikan, sistem dan kurikulum, serta kebijakan-kebijakan strategis di Indonesia bukanlah sebuah hal baru lagi. Bahkan permasalahan-permasalahan yang timbul akan terus bermunculan dan tidak akan ada habis-habisnya untuk dibahas.
Sebagai praktisi pendidikan, saya akan mengemukakan salah satu hal penting lain dalam kelangsungan pendidikan di Indonesia. Yaitu kurang pemahamannya setiap warga negara tentang pentingnya pendidikan di rumah dan lingkungan. Mengapa menjadi begitu penting?
1.      Anak lebih dari 12 jam berada di rumah
Siswa yang belajar di sekolah tentu mengalami proses pembelajaran yang semakin hari semakin membaik. Mengingat pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan yang terus dikembangkan oleh pemerintah untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun mesti kita ingat kembali bahwa pembelajaran di sekolah tidak lebih dari 10 jam perhari. Di sekolah full day sekalipun yang belajarnya dari 07.15 s/d 15.00 wib, artinya anak-anak menghabiskan waktu di sekolah 8 jam 15 menit. Dengan demikian sisa waktu yang mereka miliki adalah 15 jam 45 menit. Lalu bagaimana cara mereka menghabiskan sisa waktu tersebut? Dan apa saja yang mereka lakukan? Ini menjadi sangat penting karena setiap anak selain memiliki keturunan sifat karena genetika dari kedua orang tuanya, juga cenderung meniru mereka. Mungkin akan sedikit sulit meniru kebaikan, tapi sayangnya anak-anak akan cepat melakukan hal-hal buruk yang dilakukan oleh orang tuanya.
2.      Pengaruh lingkungan
Ada ungkapan bahwa, ‘Bisa karena terbiasa’, begitu pula kebisaan anak terdidik oleh kebiasaan orang-orang yang ada di sekitarnya. Ada pula yang mengatakan bahwa ‘Untuk mengetahui kepribadiannya, lihatlah teman terdekatnya.”
Melihat teman-teman yang ada di sekitar anak juga menjadi kewajiban para orang tua agar pengawasan dan tujuan pendidikan kepada anak berhasil. Banyak sekali penyebab gagalnya pencapaian tentang kualitas akademik dan khususnya karakter yang baik. Akan tetapi ada salah satu sumber dari itu semua. Adalah lingkungan yang tidak baik. Sudah tidak asing lagi terdengar dari media elektronik dan dibaca dari media cetak bahwa pelaku kriminalitas kini menyeret kalangan pelajar yang notabenenya adalah anak-anak yang masih di bawah umur. Bisa jadi awalnya karena ikut-ikutan dan rasa keingin-tahuan yang tinggi. Namun sangat disayangkan ketika potensi ini berakhir di jeruji besi. Tempat orang-orang mencoret latar belakang hidup mereka.
Rasa ingin mencoba hal baru ini seharusnya dapat terus diawasi oleh para orang tua yang sadar akan perkembangan zaman. Berkembangnya zaman ini terkait dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin maju. Tentu terdapat dampak positif dan adapula sisi negatifnya. Maka dari itu setiap kita memiliki kewajiban untuk paham lalu menyadarkan diri terhadap apa yang sedang kita hadapi.
Yang sering kami dapati adalah merebaknya game online yang kemudian menggandeng hal-hal negatif di sekitarnya. Narkoba, praktek perjudian, melihat konten pornografi, merokok dan perilaku-perilaku buruk lainnya berdatangan dan bertubi-tubi. Mereka menyerang anak-anak sekaligus. Maka masihkah kita tidak peduli dan menyerahkannya kepada sekolah begitu saja?
3.      Pengetahuan agama
Peraturan yang telah rapi dan sistematis ada pada aturan-aturan yang telah diatur langsung oleh Tuhan. Maka sudah seharusnya setiap orang tua bertanggungjawab untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada anak meski hanya pengetahuan dasar. Sebagai umat beragama, aturan-aturan itu nantinya akan menjadi pedoman anak untuk melangsungkan hidupnya hingga akhir. Sedikitpun kita tidak boleh mengabaikan hal ini. Karena suatu hari ketika anak sudah berada di luar kendali baru menyesal. Kenapa dulu tak begini? Kenapa dulu tak begitu?
Demikianlah pemahaman yang harus disadari bersama agar kita tidak melulu mengomentari sisi negatif dari kebijakan pemerintah. Memang perlu untuk dikritisi, tapi jangan sampaikan mengurangi objektivitas kita dalam mencari pemecahan masalah terbaik. Semoga bermanfaat. #Sahabatkeluarga


Para pelaku rafting pasti sudah tak asing lagi dengan tempat wisata ini. Bertempat di kabupaten Langkat dan menempuh perjalanan sekitar satu jam dari kota Medan ini menempuh ¾ jalan mulus. Sisanya? You know lah ya! :D
Sampai saat ini kita terus-terusan heran, “Kenapa sih jalan di tempat wisata selalu begini? Begini gimana? Ye begitulah!” ~ abaikan percakapan geje ini XD
However, perjalanan yang sebegitu akan terbayar puas setibanya kamu di tempat tujuannya kok. Jadi ngga usah khawatir kalau mau berangkat (karena khawatirnya pas di tengah perjalanan aja. Khawatir ban bocor :LOL:

Tapi kalau menuju ke Namo sira-sira nggak bakalan bocorlah, bro. Kagak separah itu kok. ¼ jalannya masih tetap oke meski sedikit geluduk-geluduk. Eh, bebatuan maksudnya. Tapi sedikit kurang rata. Jadinya geluduk-geluduk. Gitu.
Nah kembali mereview fieldtrip mahasiswa PWD kemenpora USU, setelah kuliah beberapa saat (yakale tiga jam dibilang beberapa saat), kami lalu mengeksplor tempat ini meski ngga full sih. Beberapanya aja. Tapi mudah-mudahan kamu tertarik ke sini setelah baca ini ya frens.
Yang pertama, selain rafting a.k.a arung jeram, kita yang datang rame-rame juga bisa paintball, camping, games outdoor, edu adventure, bahkan arisan. Catet! Arisan. Syukurnya kemarin kami ngga rempong bikin arisan di sana. Cuman beberapa menit aja nongki di sebuah ruangan terbuka tapi pake atap dengan kursi-kursi dan meja setelah siap makan siang. (Ngebilang kalau itu aula aja kok ribet banget ya. Haha)
Terus dibilanglah sama bang Joni, doi ini founder apa owner ya? Lupa haha, anggap aja orang yang berpengaruh di Namo sira-sira, kalau ternyata terdapat kontribusi pemuda yang terbilang signifikan. Sebut saja telah merekrut dan memperkerjakan setidaknya dua puluh pemandu. Ada yang full time dan lebih banyak lagi yang part time. Soalnya 'kan tamu datangnya lebih banyak saat weekend.
Adalah ya kan, sebelum pulang beberapa orang tua mandi sunge cem anak-anak. Haha.
-Jangan diserang ya ketua :D Haha.
Betewe, ini tugas kuliah loh frens. Macem bukan tugas kan? Macem ecek-ecek gitu kan? Entahlah awak pun bingung.
Tapi yang penting datanglah sekali-dua-tiga kali ke Namo sira-sira. Yakali yang ngakunya anak my trip my advent**e kagak pernah ke sana. Katanya traveller ya 'kan.
Udahlah ya, kalo mau tahu dan merasakan atmosfer di sana secara langsung, mending datang aja. Ga jauh kok.
Terus kalau mau tahu nomor bang Joni, minta sama komting kami pun boleh. Kenalan sama komting kami pun boleh. Selagi jomblo. Eh ga ding. Ada simpanannya. Haha :D Nama komting ini Riza. Cowok loh ya.
Oke. Ayo datang dan support kontribusi pemuda untuk pengembangan dan pembangunan wilayahnya ya frens!


Dosen pengampu : 
Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
Tugas dari
Khairuddin Lubis
Dwi Novia Sirait
Songli Tatajo Lingga
Rippy Hamdani



Dalam kehidupan, kita dihadapkan dengan banyak pilihan. Terkadang pilihan-pilihan itu menuntut diri untuk lebih baik dan semakin baik lagi. Apapun yang telah kita pilih, maka akan ada resiko yang mesti dihadapi.  Jika ada orang yang tidak mau memilih dari banyaknya pilihan hidup, bisa jadi ia tidak sedang hidup. Fisiknya saja yang tampak baik-baik saja tapi mentalnya perlu diperbaiki. Dan jika adapula yang tidak berani mempertanggungjawabkan pilihannya, mungkin saja ia setengah hidup. Istilah yang tepat adalah ‘cari aman’. Boleh saja. Namun hidupnya akan datar dan jenuh.
Mari hitung-hitung sudah berapa waktu yang dilalui dalam hitungan detik, jam, hari, bulan, dan tahun. Sudahkah dilewati dengan kualitas? Apakah hanya sekedar menjalani saja tanpa membuat bekas apa-apa? Apalagi jawaban kita bila ada pertanyaan sudah punya karya apa?
Pembaca muda mulia, semoga selalu dirahmati Allah, tidak banyak yang memiliki kesadaran akan diri sendiri, tidak banyak pula yang memahami bahwa waktu muda takkan terulang lagi. Jikapun ada yang paham, tidak sedikit dari mereka yang berasumsi tentang masa muda yang harusnya dihabiskan untuk dinikmati. Menikmati artinya bersenang-senang.
Jikapun dentangan waktu berlalu seharusnya itu menambah keakaraban diri dengan hal-hal yang membuat perkembangan. Semakin mendewasa misalnya. Namun ada beberapa cara untuk membangun diri menjadi pribadi berkualitas.
1.      Ilmu
Seringkali kita termakan asumsi bahwa ilmu dan pengetahuan hanya ada di buku. Ya memang benar begitu. Jadi kenapa masih malas membaca? Ada juga pemahaman bahwa semakin tinggi pendidikannya maka semakin baik pula pengetahuannya. Iya memang benar. Tapi tidak selalu begitu.
Seorang pembelajar sejati tahu bahwa mendapatkan pelajaran itu bisa darimana saja. Kita belajar dari buku. Bisa berupa buku yang kita baca dan buku yang kita lihat. Juga belajar dari guru. Mereka yang berpengetahuan banyak atau bahkan guru-guru yang tak berpendidikan sama sekali. Ilmu itu bukan sekedar teori. Lebih dari itu adalah hikmah.
Dan jangan dilupakan bahwa ilmu menuntun kita melakukan apapun dan saat mengerjakan sesuatu harus bersandar pada ilmu.
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)
2.      Kepribadian
Maka carilah sosok seperti apa yang sebenarnya yang kita inginkan. Mau jadi apa kita ini? Seseorang yang mengalir seperti air? Atau tegar sekuat batu karang? Dan lain-lain yang secara prinsipil kita yakini kepribadian seperti itu baik bagi Allah, bagi kita, dan bagi orang-orang yang berada di sekeliling kita.
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim)
Mulailah sadarkan diri bahwa hidup ini tidak bisa begini-begini saja. Bentuk prinsip dan cetak sedemikian rupa secara fisik. Bentuknya akan tampak jelas dari perilaku. Namun hal ini pasti sangat dipengaruhi oleh ilmu. Dan lagi-lagi, kualitas diri adalah dari apa yang tak tampak dan apa yang tampak.
3.      Pergaulan
Seperti apapun kondisi kita, kita tetaplah butuh orang lain untuk melakukan beberapa hal. Tak perlu dipungkiri karena ada banyak hal yang tak bisa kita kerjakan sendiri. Mari sadari kembali untuk berteman dengan orang-orang baik sebagaimana sabda nabi,
“Permisalan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah ibarat penjual minyak kasturi dan pandai besi. Si penjual minyak kasturi bisa jadi akan memberimu minyaknya tersebut atau engkau bisa membeli darinya, dan kalaupun tidak, maka minimal engkau akan tetap mendapatkan aroma harum darinya. Sedangkan si pandai besi, maka bisa jadi (percikan apinya) akan membakar pakaianmu, kalaupun tidak maka engkau akan tetap mendapatkan bau (asap) yang tidak enak.” (HR. al-Bukhari no. 5534, Muslim no. 2628).
Dan bukan berarti menutup pintu pergaulan dengan mereka yang kita anggap kurang baik, karena bisa jadi kebaikan mereka lebih banyak daripada kita.
Bergaul boleh kepada siapa saja tapi kita harus ingat untuk tetap berada di dalam koridor kebaikan. Yang baik menurut Allah selalu menjadi kebaikan di sisi kita.
4.      Tujuan hidup
Jangan mau menjadi biasa-biasa saja. Terbang dan melejitlah tinggi-tinggi. Tak perlu khawatirkan rasa sakit. Karena bagaimanapun di hidup ini tak ada namanya pembelajaran jika tanpa rasa sakit, sedih, dan duka. Tidak usah mencemaskan tentang apa yang akan terjadi nanti. Kita hanya perlu berusaha dan berdoa untuk menyemangati cita-cita.
Tentunya jangan lupakan bahwa tujuan hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah. Apapun keinginan kita akan menjadi lebih mudah saat kita libat Allah.
“Sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepada Allah, pada waktu pagi dan petang, (yang mereka itu) menginginkan wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi/18: 28)
5.      Karya dan Prestasi
Kita punya kesenangan hidup. Boleh saja. Melakukan ini dan itu untuk menumbuh-kembangkan potensi yang ada pada diri. Mari sadari bahwa masa muda adalah saat produktivitas. Di usia segini, mereka udah begini! Nah, kita udah ngapain aja? Prestasinya apa aja? Mari sadari dan buatlah sejarah yang baik-baik di sisa-sisa usia kita.
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. ath-Thirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 hadits no. 9772 dan hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Ashahihah no. 946)
Banyak hal lain yang bisa dijadikan alasan kepada kualitas diri menjadi begitu penting. Mungkin kita bisa lebih banyak belajar lagi. Mari semangat meningkatkan kualitas diri.
Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku hidup di dunia ini melainkan seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu pengembara tersebut pergi meninggalkannya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2377)
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home