Aku tengah duduk-duduk
bersama buah berwarna hijau kesukaanmu sambil memikirkan ucapan apa yang tepat
untuk mengungkapkan rasa syukurku. Bagaimana dan harus kumulai darimana agar
aku bisa menceritakan betapa kasih sayang Allah melalui kamu itu begitu nyata. Betapa
luar biasanya nikmat yang Dia beri hingga kita jangan sampai mendustakan itu
semua. Sungguh tak ada satupun anugerah yang bisa kita dustakan.
Alhamdulillah.
Segala pujaan dan
pujian hanya untuk Allah saja. Ungkapan inilah yang harusnya mengawali rasa
takjubku karena kehadiranmu. Kebenaran yang menyadarkanku bahwa aku yang diberikan
posisi untuk mendampingimu ternyata masih belum bisa kupercaya seutuhnya. Masih
terasa seperti cita-cita. Namun setelah seringkali kudengar kamu memanggil
panggilan untuk suamimu ini sebelum waktu subuh menjelang, sesering itu pula
aku semakin yakin. Bahwa Allah telah memberikan keberuntungan untukku. Meski terkadang
memegang tanganmu masih gemetaran, sekarang aku pun yakin bahwa kamu adalah
anugerah terbaik yang datang karena Allah untukku.
Dik, kamu adalah pengejawantahan
kebaikan-kebaikan yang Allah beri untuk hamba-Nya yang tak sempurna ini. Yang punya
banyak celah dan salah. Banyak sekali kekurangan dan kelirunya. Hamba dengan
segala kelemahan dan tiada daya tanpa-Nya. Aku paham benar bahwa aku bukanlah
orang yang terbaik di kalangan para lelaki yang kamu kenal. Maka dari itu
kesyukuranku semakin menjadi-jadi setelah Allah mengamanahkan kamu untuk
menjadi istriku. Seseorang yang semoga selalu shalihah dan selalu
mengingatkanku untuk bersyukur pada-Nya. Seseorang yang nyaris sempurna dalam
membina hubungan sebagai upaya mencari berkah-Nya dan untuk menemukan pintu
masuk ke syurga.
Alhamdulillah.
Kamu adalah amanah yang
Allah hadiahkan di hidup dan matiku. Terima kasih wahai Allah telah menjadikan
kamu sebagai pendampingku. Terima kasih untukmu telah menerimaku untuk memimpinmu.
Alhamdulillah bini’matihi
tatimmushalihat :)
0 comments:
Post a Comment