Saya tidak berpikir
ketika angin datang dengan kencang dan awan yang mulai berkumpul mengendap
gelap, bahwa ini akan menjadi pemicu kesunyian. Tidak sama sekali. Tentang sunyi
dan sepi adalah hak dari hati. Mengenai bagaimana cara ia menjawab dan
bereaksi.
Menurut saya hujan
hanya membawa keramaian. Air-air yang berkucuran menderu-deru. Mereka saling
berbicara satu-sama lain. Suasana menjadi sangat ramai sehingga pembicaraan
mereka saling berbenturan.
Rintik-rintik itu kian
bergemuruh. Jatuh perlahan-lahan sampai membawa guntur yang meluruh ke semua
penjuru. Mereka saling berbicara. Tentang mereka yang memerintah pada hati
untuk merasa sepi. Tentang orang-orang yang mensyukuri hidupnya walau telah
dikhianati. Tentang para hamba yang selalu menerima. Melalui penerimaan yang
sederhana. Bahwa bila hatinya telah tercukupi oleh Sang Khaliq, maka telah cukup
baginya. Tentang kita yang mendoa dengan banyak cara agar terbukti bahwa kita
hanya seorang hamba. Tentang…
Hujan terus berbicara. Mereka
mengobrol hingga air merasa jera. Ia terus turun beruntun. Tidak peduli berapa
kali harus jatuh bahkan meski bertubi-tubi, air dari langit harus tetap
menjalankan perintah diri. Lakukan saja. Tanpa bertanya. Tanpa berpikir
beberapa kali.
Saya? Silahkan berbicara
sepuas yang Anda inginkan di depan atau di belakang saya. Kita hanya akan
mengambil pelajaran dengan penerimaan. Bahwa Allah sedang melakukan sesuatu
lagi. Selalu seperti itu hingga mati nanti. Dengan penerimaan yang Allah
ridhai. Dengan prasangka baik yang tak boleh terhenti.